BARRU.WAJO,SUARABANGSAINDONESIA—Anggota DPR-RI Komisi IX Fraksi NasDem drg. Hj. Hasnah Syam, MARS bersama mitra kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulsel menggelar Sosialisasi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) di Kabupaten Wajo.
Sosialisasi ini dilakukan untuk membangun program pembangunan Keluarga di Kabupaten Wajo. Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor PGRI Wajo, Kec.Tempe, Kelurahan Tempe, Kab.Wajo, Sulawesi Selatan. Sabtu (29/07/2023).
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulsel dengan Mitranya yakni drg Hasnah Syam MARS selaku Anggota DPR RI.
Anggota Komisi IX DPR RI, Hj. Hasnah Syam menyampaikan lewat kolaborasi bersama BKKBN diharapkan upaya percepatan penurunan stunting khususnya di Kab. Wajo dapat lebih cepat menurun. Terkait upaya penting mencegah stunting sangat penting untuk pembangunan bangsa saat ini khususnya kepada keluarga sebagaimana yang digalakkan dari Desa ke Desa ,Dusun ke Dusun untuk memberi pemahaman tentang stunting.
Lanjut Hasnah mengatakan untuk melahirkan anak yang bebas stunting dibutuhkan keterlibatan seluruh anggota keluarga, bagaimana kebutuhan gizi anak bisa dipenuhi.
Kegiatan ini dihadiri langsung anggota Komisi IX DPR RI drg. Hj. Hasnah Syam dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Shodiqin, SH, MM dan Kepala Dinas Sosial Kab. Wajo H. Ahmad Jahran dan peserta sosialisasi.
Dalam kesempatan itu, Shodiqin mengingatkan pentingnya memahami bahaya stunting, “konsekuensi dari stunting bukan semata persolan tinggi badan, namun yang lebih buruk adalah dampaknya terhadap kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis maupun tingkat intelektual yang rendah,”Ucap Shodiqin.
Beliau juga menambahkan “kegiatan ini dipelopori oleh kaum perempuan. Dengan adanya sosialisasi advokasi ini bisa terus meningkatkan totalitas kaum perempuan di Kabupaten Wajo khususnya di Dusun Tempe”, imbuhnya.
“Saya harapkan ibu-ibu untuk memperhatikan bagaimana asupan gizi anak agar stunting bisa di cegah, selain itu remaja yang ingin menikah agar memperhatikan usia ideal menikah, wanita 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.
Hasnah juga menyebutkan pencegahan stunting tidak bisa dilakukan BKKBN saja, namun dibutuhkan dukungan peran serta dari semua pihak baik pemerintah, swasta, Akademisi, masyarakat, dan media,” ujarnya.
Stunting dapat terjadi akibat Ibu yang kekurangan nutrisi pada saat kehamilannya, anak kekurangan gizi dalam 2 tahun usianya, dan sanitasi yang buruk dengan akses air bersih yang tidak layak. Stunting dapat dicegah dan dikoreksi, oleh karena itu, keluarga menjadi kunci dalam pencegahan terjadinya stunting baru, dengan menekankan pentingnya pola makan yang sehat dan bergizi dalam keluarga.
“Harapannya kegiatan ini mampu memberikan informasi kepada seluruh pihak yang hadir tentang program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting, sehingga kita dapat bersama-sama mencegah terjadinya stunting baik dalam keluarga.
Stunting bukanlah sebuah penyakit, sebut Shodiqin namun sebuah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan(HPK) yaitu saat mulai terbentuknya janin dalam kandungan hingga bayi berusia 2 tahun,”Tutupnya.